Sebenarnya Ma’rifat itu terdapat pada 
kata kehendak, itu kehendaknya Allah, gerak, sabda, semua itu kemauan 
Allah (Makarti – Jawa), menurut kenyataan yang dikehendaki sebelum 
dikerjakan sudah siap, sebelum ditunggu sudah datang; umpama orang akan 
pergi ke Yogyakarta, baru berfikir mencari angkot, angkot datang mencari
 sewa dan tanya dimana Yogyakarta ya mas?, lalu orang tadi naik angkot 
ke Yogya, perjalanan itu berarti kehendak Allah, orang itu menyatu 
dengan Dat tadi (Allah), sehingga satu sama lain tidak merasakan hanya 
menurut kehendaknya.
 Jadi Dat yang ada pada orang tadi tidak 
susah-susah. Yang tadi sudah diterangkan bila Hakikatnya Dat itu ya 
Afhngal dan Asmanya, artinya ya aku ya kamu adalah satu, maka tidak 
mengherankan bila orang itu dikuasai oleh Dat Allah, kuasa mempercepat, 
kuasa membelokan tujuan, maka dari orang sebenarnya utusan Dat (sifat 
Dat), maka dari itu merasa menjadi utusan, lalu memiliki sifat 
kuasa-Nya, jadi harus menyembah dan memuliakan terhadap Dat Allah.
Bisa melaksanakan apa saja dasar 
kekuasaan, jika makhluk itu utusan Dat yang wajib adanya. Dibawah ini 
adanya Wiridan itu artinya kalimat Sahadat yang sudah cocok dengan 
kebudayaan Jawa akan diterangkan untuk rumah tangga (tingkatan).
Ucapan Rasullullah terhadap Muaz : “Ma
 Min Ahadin Yashaduan la illaha illallahu washadu anna muhammadan 
rasullullahi sidqan min qalbihi illa ahrramahu allahu alla annari “, satu-satunya orang yang mengucapkan kalimat Sahadat samapai kehati terhadap Allah pasti tidak akan tersiksa dineraka.
Wiridan (ajaran) Sahadat begini : “Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadan rasullullah”, yang artinya aku bersaksi sebenarnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi sebenarnya Muhammad itu utusan Allah.
Wiridan (ajaran) rahasia Carakan HO-NO-CO-RO-KO; “Honocoroko Dotosowolo Podojoyonya Mogobothongo”,
 artinya ada utusan dua, laki dan perempuan (wanita) berebut kekuatan, 
sama saktinya (kuatnya) bergumul mati sama-sama menjadi bangkai 
(terpuruk) lunglai.
Yang akan diterangkan terlebih dahulu tentang dua kalimat Sahadat dulu, dan selanjutnya disusul dengan Carakan;
I. Kalimat Sahadat
Di tanah Jawa jika ada temukan 
(mempertemukan) pengantin umumnya mengucapkan Kalimat Sahadat, walaupun 
bukan bahsa Jawa tetapi sudah tradisi menjadi kebudayaan dari masa 
terdahulu pada zaman para wali. Dan kalimat Sahadat itu ucapan orang 
Islam yang belum mengetahui (pelajaran) rukun-rukun Islam. Jadi mengakui
 menyembah kepada Allah itu harus mengetahui arti kalimat Sahadat, lalu 
di zaman wali kalimat Sahadat itu dipakai pertamanya mendapat wejangan 
terhadap siapapun orangnya yang mau berguru, walaupun bahasa Arab 
kalimat Sahadat itu menjadi saksi Dat Maha Agung dan Muhammad itu 
utusan-Nya, arinya sudah meliputi alam semesta. Di tanah Jawa bahasa 
Arab itu tinggal memakai (pinjam) dan bisa dengan bahasa apa saja yang 
artinya sama. Dan bahasa-bahasa tadi hanya sebagai tanda. Di kalimat 
tadi ada kata Muhammad yan mempunyai makna sendiri, sebenarnya Nabi 
Muhammad namanya ada 4, dan kata syair kata Hamdun (memuji) Hamida (di 
puji) lengkap nama-nama tadi seperti dibawah ini :
a. Hamid, artimya yang di puji.
b. Mahmud, artinya yang mendapat pujian.
c. Ahmad, artinya yang lebih di puji.
d. Muhammad, artinya yang memiliki pujian.
Di dalam kalimat Sahadat tadi Muhammad 
tidak bisa di ganti dengan kata lain, walaupun ada akan tetapi artinya 
yang dipakai ada 2 (dua) unsur :
1. Mengartikan Umpama.
2. Mengartikan Nama.
Diwirid disebut kata-kata (nama-nama) 
tadi Nur Muhammad, artinya cahaya yang terpuji atau cahaya yang 
sempurna. Kata Muhammad itu sifat yang mempunyai pujian. Kalimat 
mengatakan Muhammad Rasullullas, siapa yang menjadi utusan Allah , apa 
Muhammad putra Sayidina Abdullah di Mekah (Arab), apa Muhammad atau Nur 
Muhammad?. Keterangannya : pada citra (Hakikat Allah) dan pecah-pecah 
hanya orang hidup. Sebenarnya yang dipuji itu sifat orang hidup yang 
memiliki sifat 20. jadi yang begitu para Nabi, Wali, Ulama yang mukmin, 
orang itu semua sifat Muhammad. Dan keterangan tentang utusan (Rasul) 
seperti dibawah ini :
Muhammad lalu menjadi utusan Allah , dan
 Allah itu bisa menjadi Allah-ku, Allah-mu, Allah kita semua dan seluruh
 alam. Jadi yang disebut utusan itu ialah utusan Allah-nya 
sendiri-sendiri, langsung mengakui mempunyai Allah. Utusan itu sifat 
hidup, kalau sudah mati (meninggal) tidak bisa menjadi utusan karena 
orang mati tidak mempunyai Allah. karena sifat-sifat Dat yang menghidupi
 sudah musnah (lihat keterangan Bab Sifat 20).
Di kitab Injil Mutheus 22 (31,52,33) 
disebut begini : belum pernah membaca kata-kata Allah kepadamu, Allah 
ini Allah-nya Abraham, Ishak dan Yakub, Allah itu bukan Allah-nya orang 
mati tetapi Allah-nya orang hidup.
Yang menjadi pertanyaan, walaupun 
mempunyai sifat Muhammad atau Rasul, kenapa bisa menjadi utusan Nafsu 
(Syetan) makhluk halus (perewangan-Jawa) atau utusan angkara murka. 
Semua itu bagi orang yang belum dalam ilmunya hanya sok (merasa sudah) 
tahu saja, hanya baru mencapai tingkat Tarikat, lalu umpama benar 
mengerjakan membuktikan bahwa menjadi Utusan Allah, dan harus menjadi 
Ma’rifat (Islam). Jadi orang itu sebetulnya sudah At-tauhid (menyatu 
dengan kehendak Allah), kemudian disebut seorang Islam Sejati (sarino 
batoro – Jawa) dan juga menjadi utusan, zaman dulu disebut Nabi, Wali 
dan cukup disebut Ma’rifatullah.
Pendapat yang salah golongan Wirid 
mengatakan Muhammad diartikan sebenarnya Muhammad itu sifatku, Rasul itu
 rasaku (Rahso-sangsekerta). Rasul itu utusan asal dari bahasa Arab, 
Rahso (rasa) asal dari bahasa Sangsekerta (sang sekrit) jadi tidak 
sesuai. Muhammad itu Rasul tetapi rasa (rahso) itu rasaku jadi tidak 
sama. Maka dari itu sudah jelas kalau Muhammad itu sifat hidup yang 
lengkap dan menjadi utusan.
Sifat Muhammad sudah lengkap, memiliki 
sifat 20; Rasa, Perasaan, Pekerjaan, Pikiran (akal yang sempurna) dan 
lain-lain. Kenapa bermacam-macam diartikan, Allah itu tidak bisa 
disamakan dengan makhluk-makhluk/benda-benda lain, jadi 
pendapat-pendapat yang salah harus dijauhi.
Kata-kata tadi terdapat juga di Hidayat jati (buku hidayat jati). Jadi pengarang Hidayat jati mengutip pendapat para Wali.
Kalau begitu pendapat para Wali tadi 
yang sudah dianut pada zaman sekarang itu apakah salah atau tidak? 
Tetapi semua itu harus bersandar kepada hukum Qiyas (meneliti) pendapat 
itu begini :
Muhammad = Rasul.
Rasul = Sifatnya Muhammad.
Sifat Muhammad = Sifatnya Dat.
Sifatnya Dat = menyertai sifat seluruh yang diciptakan dan hidup (kayu, batu, manusia dan lain-lainnya).
Sifatnya Dat = Hakikatnya Dat.
Hakikatnya Dat = Wujud Sempurna.
Wujud Sempurna = Manusia Hidup.
Manusia Hidup = Memiliki sifatnya Dat / Sifat 20.
Jadi yang merasakan orang hidup (utusan)
 yang diutus. Jadi bukan salah satunya sifat-sifat tadi yang disebut 
utusan, Rasa sejati (Rosone Ingsun – jawa), sifat pribadi (Sipate 
Ingsun-jawa), semua itu milik Dat yang wajib adanya (Allah). Kalau 
diteliti atau dikaji-kaji kata-kata yang diatas tadi sama dengan Qiyasan
 Esa, Widhatul Wujud, artinya Chaliq dan makhluk itu satu (lihat 
keterangan Bab Dat, Sifat, Asma, Afhngal terdahulu)
II. Carakan.
Sampai sekarang masih menjadi bahan 
pertanyaan para sejarah dan belum mendapat yang tepat, contohnya tentang
 Aji Saka itu siapa dan apa? Apa maknanya Carakan itu?, walaupun jumlah 
huruf hanya 20 (dua puluh) tetapi kenyataan bisa mencakup semua makna 
huruf bahasa sendiri dan bahasa asing,, karena kata-kata itu berhubungan
 dengan kalimat Sahadat maka jumlahnya 20, bisa dijelaskan dengan sifat 
20, maka artinya kalimat Carakan seperti dibawah ini :
a. Wiridan (Pelajaran)
Aku bersaksi tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi Muhammad utusan Allah.
b. Carakan, ada 2 utusan; laki dan wanita asik perang tanding sampai mati:
Keterangannya begini: ada 2 utusan laki 
dan perempuan (hidup laki dan perempuan) sama menjadi utusan Allah 
supaya berkembang anak beranak. Laki dan perempuan (wanita), bukan 
manusia saja tetapi seluruh makhluk didunia ini semua berpasang-pasang 
menjadi saksi Dat (Allah), maka dari itu tidak ada barang yang tidak 
ada, artinya keadaan DAT itu kekal adanya. Sebenarnya utusan dua 
jumlahnya, sama jaya, artinya lebih sempurna dari pada makhluk lain, 
tidak lain adalah manusia yang diluhurkan dari sifat kekurangan, lengkap
 terhadap sifat 20 sama-sama memiliki, disebut juga sama kuatnya, 
artinya walaupun laki atau perempuan sama-sama umat luhur dan sempurna.
Carakan tadi mengatakan sama-sama tidak 
berdaya (kehabisan tenaga) atau mati, apa sebabnya sama-sama menjadi 
bangkai (tidak berdaya), sehabis perang tanding atau bersetubuh, tusuk 
menusuk hingga mati tanpa ada yang melerai, jadi sama mati seperti 
bangkai, terpuruk kehabisan tenaga tidak bergerak dan lemas. Laki dan 
perempuan jadi sumbernya manusia berkembang. Mengembangakan manusia itu 
tidak ada putusnya, berdasarkan Qodrat dan Irodat (sifat 20), lalu 
menghasilkan kenikmatan (merasakan enak). Keadaan seperti itu tidak 
berlangsung lama, jadi mati seperti bangkai itu sebentar kalau terus 
mati itu bukan utusan untuk mengembangkan manusia (umat-Nya). Orang Jawa
 setiap saat menyebut kata-kata (Kalimat-kalimat jawa) yang terdapat 
pada Carakan, terbukti setiap berkata pasti memakai kata HA. NA. KA. PA.
 RA. WA. Jadi orang Jawa setiap hari tidak ketinggalan mengatakan 
Carakan, setiap kata pasti memakai salah satu dari Carakan tentang 
berfikir, bertengkar tetap memakai huruf yang 20 / Carakan seperti ini :
 HA-NA-CA-RA-KA DA-TA-SA-WA-LA PA-DA-JA-YA-NYA MA-GA-BA-THA-NGA.
Rahasia yang tersimpan dicarakan itu 
tidak akan hilang tetapi tetap laki perempuan semua menyebutkan 
kata-kata yang ada pada Carakan 20 (jumlah 20 itu sifat Allah).
Keadaan nama Muhammad itu Hakikatnya DAT
 itu yang mencari orang yang sudah mempunyai ilmu atau orang yang sudah 
mengetahui rahasia hidup, artinya begini : apa saja yang yang tertulis 
dikitab-kitab suci (Al-Qur’an, Injil, Jabur dll) pasti bisa dicari, 
dipelajari, diteliti karena kitab itu untuk orang-orang yang hidup. Jadi
 artinya pendapat itu sangat sulit, susah sekali. Rahasia isi kitab 
Qur’an dan kitab-kitab lainnya bisa diketahui oleh orang yang berilmu. 
kita ulang lagi tentang kalimat Carakan, semua itu kalau bukan orang 
kaya ilmu tidak bisa mencari (meneliti). Kalimat Sahadat untuk agama 
Islam itu sebenarnya kalimat yang tidak abadi, oleh karena menurut umum 
orang-orang kalau menyebut kalimat Sahadat itu hanya bertepatan pesta 
perkawinan, mengkhitankan (sunat) anaknya, kalau tidak, tidak pernah 
diucapkan. Kalau kata Carakan tiap menit tiap detik diucapkan selama 
hidup, maka untuk menjadi utusan lalu memiliki sifat Muhammmad atau 
menjadi penanam, penangkar, mengadakan, membuktikan adanya utusan-utusan
 itu abadi, dan kalau perlu harus di ingatkan;
1. Kalimat Sahadat, rukun Islam itu 
saksi adanya Dat Allah, walaupun tidak dipanggil, di bicarakan, 
dipikir-pikir dan lain-lain. Dat tetap adanya dan berubah-ubah dan sifat
 Muhammad itu tetap ada dan pasti ujud (bentuk nyata), tetapi jika masih
 hidup bergerak-gerak. Jadi yang memngucap dan menyaksikan itu orang 
hidup.
2. Carakan itu rahasia, sulit, artinya 
rahasianya yang mengatakan; ada Muhammad, ada ujud sifat 20. adanya 
abadinya Dat (Allah) tetap tarik menarik dan setiap hari kita merasakan,
 kita buktikan tetap bergerak (makarti – Jawa), tidak mati, masih bisa 
berberbicara dan melanjutkan dua-duanya yang tersebut diatas tadi saling
 bantu membantu, satu diantara dua bersatu (Widhatul Wujud), Esa, 
artinya tidak ada, dua tetapi satu (menyatu-At’tauhid).
Rahasia yang terdapat di Carakan, sebuah buku karangan seorang Mangku negaran, diterangkan begini :
1. Hananira Sejatine Wahananing Hyang,
2. Nadyan ora kasat-kasat pasti ana,
3. Careming Hyang yekti tan ceta wineca,
4. Rasakena rakete lan angganira,
5. Kawruhana ywa kongsi kurang weweka,
6. Dadi sasar yen sira nora waspada,
7. Tamatna prahaning Hyang sung sasmita,
8. Sasmitane kang kongsi bisa karasa,
9. Waspadakna wewadi kang sira gawa (sipat Rasul / Muhammad),
10. Lalekna yen sira tumekeng lalis (sekarat) (5),
11. Pati sasar tan wun manggya papa,
12. Dasar beda lan kang wus kalis ing goda; (Islam / Ma’rifat),
13. Jangkane mung jenak jenjeming jiwarja,
14. Yitnanana liyep luyuting pralaya (angracuta yen pinuju sekarat ),
15. Nyata sonya nyenyet labeting kadonyan,
16. Madyeng ngalam paruntunan (?) aywa samar,
17. Gayuhane tanalijan (tan ana lijan) mung sarwa arga,
18. Bali Murba Misesa ing njero-njaba (Widhatulwujud, Esa, Suwiji),
19. Tukulane wida darja tebah nista,
20. Ngarah-arah ing reh mardi-mardiningrat.
Artinya :
1. Asalmu karena kehendak Allah,
2. Walaupun tidak nampak tetapi ada,
3. Allah yang Kuasa tidak bisa ditebak (dinyatakan),
4. Rasakan dalam tubuhmu,
5. Ketahui sampai kurang waspada,
6. Jadi salah kalau kurang waspada,
7. Nyatakan Allah memberi petunjuk,
8. Petunjuk sampai bisa merasakan,
9. Waspadalah rahasia yang kau bawa (sifat Rasul/Muhammad),
10. Lupakan sampai sekaratil maut (menjelang ajal/koma),
11. Mati yang salah menjadi susah,
12. Dan beda bagi yang tidak tergoda (Islam/Mari’fat),
13. Tujuannya hanya tentram jiwanya,
14. At’tauhid atau khusyuk waktu sekaratil maut,
15. Ternyata sepi (hilang) sifat dunia,
16. Dalam alam barzah ternyata samar (gaib),
17. Tujuan tidak lain hanya satu,
18. Pulang menguasai Lahir Batin (Esa),
19. Tumbuhnya benih menjauhkan aniaya,
20. Hati-hati manuju jalan kedunia.
 
       
    
 
 
          
      
 
 
            
          
 
 
 
 
No comments:
Post a Comment