001. …. tidak usah
kebanyakan teori semu, karena sesungguhnya ingsun
(saya) inilah Allah. Nyata ingsun yang sejati, bergelar Prabu Satmata, yang
tidak ada lain kesejatiannya yang disebut sebangsa Allah.
002. Jika ada
seseorang manusia yang percaya kepada kesatuan lain selain Allah SWT, maka ia
akan kecewa karena ia tidak akan memperoleh apa yang ia inginkan.
003. Allah itu
adalah keadaanku, lalu mengapa kawan-kawanku sama memakai penghalang? Dan
sesungguhnya aku ini adalah haq Allah pun tiada wujud dua; saya sekarang adalah
Allah, nanti Allah, dzahir bathin tetap Allah, kenapa kawan-kawan masih memakai
pelindung?.
004. Sebenarnya
keberadaan dzat yang nyata itu hanya berada pada mantapnya tekad kita, tandanya
tidak ada apa-apa, tetapi harus menjadi segala niat kita yang sungguh-sungguh.
005. Tidak usah
banyak bertingkah, saya ini adalah Tuhan. Ya, betul betul saya ini adalah Tuhan
yang sebenarnya, bergelar Prabu Satmata, ketahuilah bahwa tidak ada tuhan yang
lain selain saya.
006. Saya ini
mengajarkan ilmu untuk betul-betul dapat merasakan adanya kemanunggalan.
Sedangkan bangkai itu selamanya tidak ada. Adapun yang dibicarakan sekarang
adalah ilmu yang sejati yang dapat membuka tabir kehidupan. Dan lagi semuanya sama.
Tidak ada tanda secara samar-samar, bahwa benar-benar tidak ada perbedaan yang
bagaimanapun, saya akan tetap mempertahankan tegaknya ilmu tersebut.
007. Bahwa
sesungguhnya, lafadz Allah yaitu kesaksian akan Allah, yang tanpa rupa dan
tiada tampak akan membingungkan orang, karena diragukan kebenarannya. Dia tidak
mengetahui akan diri pribadinya yang sejati, sehingga ia menjadi bingung.
Sesungguhnya nama Allah itu untuk menyebut wakil-Nya, diucapkan untuk
menyatakan yang dipuja dan menyatakan suatu janji. Nama itu ditumbuhkan menjadi
kalimat yang diucapkan Muhammad Rasulullah.
008. ….. padahal
sifat kafir berwatak jisim, yang akan membusuk, hancur lebur bercampur tanah.
Lain jika kita sejiwa dengan Dzat Yang Maha Luhur. Ia gagah berani, Maha Sakti
dalam syarak, menjelajahi alam semesta. Dia itu pangeran saya, yang mengusai
dan memerintah saya, yang bersifat wahdaniyah,
artinya menyatukan diri denga ciptaan-Nya. Ia dapat abadi mengembara melebihi
peluru atau anak sumpit, bukan budi bukan nyawa, bukan hidup tanpa asal dari
manapun, bukan pula kehendak tanpa tujuan. Dia itu yang bersatu padu dengan
wujud saya. Tiada susah payah, kodrat dan kehendak-Nya, tiada kenal rintangan,
sehingga pikiran keras dari keinginan luluh tiada berdaya. Maka timbullah dari
jiwa raga saya kearif-bijaksanaan saya menjumpai ia sudah ada di sana.
009. Syehk Lemah
Bang namaku, Rasulullah ya aku sendiri, Muhammad ya aku sendiri,Asma Allah itu
sesungguhya dirilu, ya akulah yang menjadi Allah ta’ala.
010. Jika Anda
menanyakan di mana rumah Tuhan, maka jawabnya tidaklah sukar. Allah berada pada
Dzat yang tempatnya tidak jauh, yaitu berada dalam tubuh manusia. Tapi hanya
orang yang terpilih saja yang bisa melihatnya, yaitu orang-orang suni.
011. Rahasia kesadaran
kesejatian kehidupan, ya ingsun ini
kesejahteraan kehidupan, engkau sejatinya Allah, ya ingsun sejatinya Allah;
yakni wujud yang berbentuk itu sejati itu sejatinya Allah, sir (rahasia) itu
Rasulullah, lisan (pengucap) itu Allah, jasad Allah badan putih tanpa darah,
sir Allah, rasa Allah, rahasia rasa kesejatian Allah, ya ingsun (aku) ini
sejatinya Allah. 
012. Adanya
kehidupan itu karena pribadi, demikian pula keinginan hidup itupun ditetapkan
oleh diri sendiri, tidak mengenal roh, yang melestarikan kehidupan, tiada turut
merasakan sakit ataupun lelah. Suka dukapun musnah karena tidak diinginkan oleh
hidup. Dengan demikian hidupnya kehidupan itu berdiri sendiri.
013. Dzat wajibul
maulana adalah yang menjadi pemimpin budi yang menuju ke semua kebaikan. Citra
manusia hanya ada dalam keinginan yang tunggal. Satu keinginan saja belum tentu
dapat dilaksanankan dengan tepat, apalagi dua. Nah cobala untuk memisahkan Dzat
wajibul maulana dengan budi, agar supaya manusia dapat menerima keinginan yang
lain.
014. Hyang Widi,
kalau dikatakan dalam bahasa di dunia ini adalah baka bersifat abadi, tanpa
antara tiada erat dengan sakit apapun rasa tidak enak, ia berada baik disana,
maupun di sini, bukan ini bukan itu. Oleh tingkah yang banyak dilakukan dan
yang tidak wajar, menuruti raga, adalah sesuatu yang baru. 
015. Gagasan adanya
badan halus itu mematikan kehendak manusia. Di manakah adanya Hyang Sukma,
kecuali hanya diri pribadi. Kelilingilah cakrawala dunia, membubunglah ke
langit yang tinggi, selamilah dalam bumi sampai lapisan ke tujuh, tiada
ditemukan wujud yang mulia.
016. Kemana saja
sunyi senyap adanya; ke Utara, Selatan, Barat, Timur dang Tengah, yang ada di
sana hanya adanya di sini. Yang ada di sini bukan wujud saya. Yang ada dalam
diriku adalah hampa dan sunyi. Isi dalam daging tubuh adalah isi perut yang
kotor. Maka bukan jantung bukan otak yang pisah dari tubuh, laju peasat
bagaikan anak panah lepas dari busur, menjelajah Mekkah dan Madinah.
017. Saya ini bukan
budi, bukan angan-angan hati, bukan pikiran yang sadar, bukan niat, buka udara,
bukan angin, bukan panas, dan bukan kekosongan atau kehapaan. Wujud saya ini
jasad, yang akhirnya menjadi jenazah, busuk bercampur tanah dan debu. Napas
saya  mengelilingi dunia, tanah, api, air, dan udara kembali ke tempat
asalnya, sebab semuanya barang baru bukan asli.
018. Maka saya ini
Dzat sejiwa yang menyatu, menyukma dalam Hyang Widi. Pangeran saya bersifat
Jalil dan Jamal, artinya Maha Mulia dan Maha Idah. Ia tidak mau sholat atas
kehendak sendiri, tidak pula mau memerintah untuk shalat kepada siapapun.
Adapun shalat itu budi yang menyuruh, budi yang laknat dan mencelakakan, tidak
dapat dipercaya dan dituruti, karena perintahnya berubah-ubah. Perkataannya
tidak dapat dipegang, tidak jujur, jika dituruti tidak jadi dan selalu mengajak
mencuri.
019. Syukur kalau
saya sampai tiba di dalam kehidupan yang sejati. Dalam alam kematian ini saya
kaya akan dosa. Siang malam saya berdekatan dengan api neraka. Sakit dan sehat
saya temukan di dunia ini. Lain halnya apabila saya sudah lepas dari alam
kematian. Saya akan hidup sempurna, langgeng tiada ini dan itu.
020. Menduakan
kerja bukan watak saya. Siapa yang mau mati dalam alam kematian orang kaya akan
dosa. Balik jika saya hidup yang tak kekak ajal, akan langeng hidup saya, tida
perlu ini dan itu. Akan tetapi saya disuruh untuk memilih hidup ayau mati saya
tidak sudi. Sekalipun saya hidup, biar saya sendiri yang menetukan.
021. …….Betapa
banyak nikmat hidup manfaatnya mati. Kenikmatan ini dijumpai dalam mati, mati
yang sempurna teramat indah, manusia sejati adalah yang sudah meraih ilmu.
Tiada dia mati, hidup selamanya, menyebutnya mati berarti syirik, lantaran tak
tersentuh lahat, hanya beralih tempatlah dia memboyong kratonnya.
022. Aku angkat
saksi dihadapan Dzat-KU sendiri, susungguhnya tidak ada Tuhan selain Aku. Dan
Aku angkat saksi sesungguhnya Muhammad itu utusan-KU, susungguhny yang disebut
Allah adalah ingsun (aku) diri sendiri. Rasul itu rasul-KU, Muhammad itu
cahaya-KU, aku Dzat yang hidup yang tak kena mati, Akulah Dzat yang kekal yang
tidak pernah berubah dalam segala keadaan. Akulah Dzat yang bijaksana tidak ada
yang samar sesuatupun, Akulah Dzat Yang Maha Menguasai, Yang Kuasa dan Yang
Bijaksana, tidak kekurangan dalam pegertian, sempurna terang benderang, tidak
terasa apa-apa, tidak kelihatan apa-apa, hanyalah aku yang meliputi sekalian
alam dengan kodrat-KU.
023. Janganlah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah keberadaan Allah. Disebut Imannya Iman.
024. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah tempat manunggalnya Allah.
Disebut Imannya Tauhid.
025. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah sifatnya Allah. Disebut Imannya Syahadat.
026. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kewaspadaan Allah. Disebut Imannya Ma’rifat.
027. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah menghadap Allah. Disebut Imannya Shalat.
028. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kehidupannya Allah. Disebut Imannya Kehidupan.
029. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kepunyaan dan keagungan Allah.
Disebut Imannya Takbir.
030. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, sebab engkau adalah pertemuan Allah. Disebut Imannya Saderah.
031. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kesucian Allah. Disebut Imannya Kematian.
032. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, sebab engkau adalah wadahnya Allah. Disebut Imannya Junud.
033. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah bertambahnya nikmat dan
anugrah Allah. Disebut Imannya Jinabat.
034. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah asma Nama Allah.
Disebut Imannya Wudlu.
035. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah ucapan Allah. Disebut Imannya Kalam.
036. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah juru bicara Allah. Disebut Imannya Akal.
037. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah wujud Allah, yaitu tempat
berkumpulnya seluruh jagad makrokosmos,
dunia akhirat, surga neraka,arsy kursi, loh kalam, bumi langit, manusia, jin,
iblis laknat, malaikat, nabi, wali, orang mukmin, nyawa semua, itu berkumpul di
pucuknya jantung, yang disebut alam khayal (ala
al-khayal). Disebut Imannya Nur Cahaya.
038. Yang disebut
kodrat itu yang berkuasa, tiada yang mirip atau yang menyamai. Kekuasannya
tanpa piranti, keadaan wujudnya tidak ada baik luar maupun dalam merupakan
kesatuan, yang beraneka ragam.
039. Iradat artinya
kehendak yang tiada membicarakan, ilmu untuk mengetahui keadaan, yang lepas jah
dari panca indra bagaikan anak gumpitan lepas tertiup.
040. Inilah
maksudnya syahadat: Asyhadu berarti
jatuhnya rasa, Ilaha berarti kesetian
rasa, Ilallah berarti bertemunya rasa, Muhammad berartihasil karya yang maujud dan Pangeran berarti kesejatian hidup.
041. Mengertilah
bahwa sesungguhnya inisyahadat sakarat, jika tidak tahu maka sakaratnya masih
mendapatkan halangan, hidupnya dan matinya hanya sperti hewan.
042. Syahadat allah, allah badan lebur menjadi nyawa,
nyawa lebur menjadi cahaya, cahaya lebur menjadi roh, roh lebur menjadi rasa,
rasa lebur sirna kembali kepada yang sejati, tinggalah hanya Allah semata yang
abadi dan terkematian. (Terjemahan dalam Bahasa Indonesia).
043. Syahadat Ananing Ingsun, Asyhadu keberadaan-KU,
La Ilaha bentuk wajahku, Ilallah Tuhanku, sesungguhnya tidak ada Tuhan selain
Aku, yaitu badan dan nyawa seluruhnya.  (Terjemahan dalam Bahasa
Indonesia).
044. Syahadat Panetep Panatagana yaitu, yang menjdai
bertempatnya Allah, menghadap kepada Allah, bayanganku adalah roh Muhammad,
yaitu sejatinya manusia, yaitu wujudnya yang sempurna. (Terjemahan dalam Bahasa
Indonesia).
045. Kenikmatan
mati tak dapat dihitung ….tersasar, tersesat, lagi terjerumus, menjadikan
kecemasan, menyusahkan dalam patihnya, justru bagi ilmu orang remeh…..
046. Segala sesuatu
yang wujud, yang tersebar di dunia ini, bertentangan denga sifat seluruh yang
diciptakan, sebab isi bumi itu angkasa yang hampa.
047. Shalat limakali
sehari adalah pujian dan dzikir yang merupakan kebijaksanaan dalam hati menurut
kehendak pribadi. Benar atau salah pribadi sendiri yang akan menerima, dengan
segala keberanian yang dimiliki.
048. Pada permulaan
saya shalat, budi saya mencuri, pada waktu saya dzikir, budi saya melepaskan
hati, menaruh hati kepada seseorang, kadang-kadang menginginkan keduniaan yang
banyak, lain dengan Dzat Maha yang bersama diriku, Nah, saya inilah Yang Maha
Suci, Dzat Maulana yang nyata, yang tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat
dibayangkan.
049. Syahadat,
shalat, dan puasa itu adalah amalan yang tidak diinginkan, oleh karena itu
tidak perlu dilakukan. Adapun zakat dan naik haji ke Makkah, keduanya adalah
omong kosong. Itu semua adalah palsu dan penipuan terhadap sesama manusia.
Menurut para auliya’ bila manuasia melakukannya maka dia akan dapat pahala itu
adalah omong kosong, dan keduanya adalah orang yang tidak tahu. 
050. Tiada pernah
saya menuruti perintah budi, bersujud-sujud di masjid mengenakan jubah, pahalanya
besok saja, bila dahi sudah menjadi tebal, kepala, berbelang. Sesungguhnya hal
itu tidak masuk akal. Di dunia ini semua manusia adalah sama. Mereaka semua
mengalami suka duka, menderita sakit dan duka nestapa, tiada bedanya satu
dengan yang lain. Oleh karena itu saya, Siti Jenar, hanya setia pada satu hal,
saja, yaitu Gusti Dzat Maulana. 
051. ….Gusti Dzat
Maulana. Dialah yang luhur dan sangat sakti, yang berkuasa Maha Besar, lagi
pula memiliki dua puluh sifat, kuasa atas segala kehendak-Nya. Dialah Maha
Kuasa pangkal mula segala ilmu, Maha Mulia, Maha Indah, Maha Sempurna, Maha
Kuasa, Rupa warna-nya tanpa cacat, seperti hamba-Nya. Di dalam raga manusia ia
tiada tanpak. Ia sangat sakti menguasai segala yang terjadi, dan menjelajahi
seluruh alam semesta, Ngindraloka.
052. Hyang Widi,
wjud yang tak tampak oleh mata, mirip dengan ia sendiri, sifat-sifatnya
mempunyai wujud, sperti penampakan raga yang tiada tanpak. Warnanya
melambangkan keselamatan, tetapi tanpa cahaya atau teja, halus, lurus terus
menerus, menggambarkan kenyataan tiada dusta, ibaratnya kekal tiada bermula,
sifat dahulu yang meniadakan permulaan, karena asal diri pribadi.
053. Mergertilah
bahwa sesungguhnya ini syahadat sakarat, jika tidak tahu maka sekaratnya masih
mendapatkan halangan, hidupnya dan matinya hanya seperti hewan.
054. Syekh Siti
Jenar mengetahui benar di mana kemusnahan anta
ya mulya, yaitu Dzat yang melanggengkan budi, berdasarkan dalil ramaitu, ialah dalil yang dapat memusnahkan
beraneka ragam selubung, yaitu dapat lepas bagaikan anak panah, tiada dapat
diketahui di mana busurnya. Syari’at, tarekat, hakekat, dan ma’rifat musnah
tiada terpikirkan. Maka sampailah Syekh Siti Jenar di istana sifat yang sejati.
055. Kematian ada
dalam hidup, hidup ada dalam mati. Kematian adalah hidup selamanya yang tidak
mati, kembali ke tujuan dan hidup langgeng selamanya, dalam hidup ini adalah
ada surga dan neraka yang tidak dapat ditolak oleh manusia. Jika manusia masuk
surga berarti ia senang, bila manusia bingung, kalut, risih, muak, dan
menderita berarti ia masuk neraka. Maka kenikmatan mati tak dapat dihitung.
056. Hidup itu
bersifat baru dan dilengkapi dengan panca indera. Panca indera ini merupakan
barang pinjaman, yang jika sudah diminta oleh yang mempunyai, akan menjadi
tanah dan membusuk, hancur lebur bersifat najis. Oleh karena itu panca indera
tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup. Demikian pula budi, pikiran,
angan-angan dan kesadaran, berasal dari panca indera, tidak dapat dipakai
sebagai pegangan hidup. Akal dapat menjadi gila, sedih, bingung, lupa, tidur
dan sering kali tidak jujur. Akal itu pula yang siang malam mengajak kita
berbuat dengki, bahkan merusak kebahagiaan orang lain. Dengki juga akan
menimbulkan kejahatan, kesombongan yang pada akhirnya membawa manusia ke dalam
kenistaan dan menodai citranya. Kalau sudah sampai sedemikian parahnya manusia
biasanya baru menyesali perbuatannya.
057. Apakah tidak
tahu bahwa penampilan bentuk daging, urat, tulang, dan sumsum busa rusak dan
bagaimana cara Anda memperbaikinya. Biarpun bersembahyang seribu kali setiap
barinya akhirnya mati juga. Meskipun badan Anda, Anda tutupi akhirnya kena debu
juga. Tetapi jika penampilan bentuknya seperti Tuhan, apakah para wali dapat
membawa pulang dagingnya, saya rasa tidak dapat. Alam semesta ini adalah baru.
Tuhan tidak akan membentuk dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat dunia
ini dua kali dan juga tidak akan membuat tatanan baru.
058. Segala sesuatu
yang terjadi di alam ini pada hakikatnya adalah perbuatan Allah. Berbagai hal
yang dinilai baik maupun buruk pada hakikatnya adalah dari Allah juga. Jadi
sangat salah besar bila ada yang menganggap bahwa yang baik itu dari Allah dan
yang buruk adalah dari selain Allah. Oleh karena itu Af’al allah harus dipahami dari dalam dan dari luar diri
manusia. Misalnya saat manusia menggoreskan pensil, di situlah terjadi
perpaduan dua kemampuan kodrati yang dipancarkan oleh Allah kepada makhluk-Nya,
yaitu kemampuan gerak pensil. Tanah yang terlempar dari tangan seseorang itu
adalah berdasar kemampuan kodrati gerak tangan seseorang, ”maksudnya bukanlah
engkau yang melempar, melainkan allah yang melempar ketika engkau melempar.
059. Di dunia ini
kita merupakan mayat-mayat yang cepat juga akan menjadi rusak dan bercampur
tanah. Ketahuilah juga bahwa apa yang dinamakan kawulo-gusti tidak berkaitan
dengan seorang manusia biasa seperti yang lain-lain. Kawulo dan Gusti itu sudah
ada dalam diriku, siang dan malam tidak dapat memisahkan diriku dari mereka.
Tetapi hanya untuk saat ini nama kawula-gusti itu belaku, yakni selama saya mati.
Nanti kalau saya sudah hidup lagi, gusti dan kawulo lenyap, yang tinggal hanya
hidupku sendiri, ketentraman langgeng dalam Anda sendiri. Bial kamu belum
menyadari kata-kataku, maka dengan tepat dapat dikatakan bahwa kamu masih
terbenam dalam masa kematian. Di sini memang terdapat banyak hihuran macam
warna. Lebih banyak lagi hal-hal yang menimbulkan hawa nafsu. Tetapi kau tidak
melihat, bahwa itu hanya akibat panca indera. Itu hanya impian yang sama sekali
tidak mengandung kebenaran dan sebentar lagi akan cepat lenyap. Gilalah orng
yang terikat padanya. Saya tidak merasa tertarik, tak sudi tersesat dalam
kerajaan kematian, satu-satunya yang ku usahakan ualah kembali kepada
kehidupan.
060. Bukan
kehendak, angan-angan, bukan ingatan, pikir atau niat, hawa nafsupun bukan,
bukan juga kekosongan atau kehampaan, penampilanku bagai mayat baru, andai
menjadi gusti jasadku dapat busuk bercampur debu, napsu terhembus ke segala
penjuru dunia, tanah, api, air kembali sebagai asalnya, yaitu kembali menjadi
baru.
061. Bumi, langit
dan sebagainya adalah kepunyaan seluruh manusia. Manusialah yang memberi nama.
Buktinya sebelum saya lahir tidak ada.
062. Sesungguhnya
pada hakikatnya tidak ada perbedaan antara ajaran Islam dengan Syiwa Budha.
Hanya nama, bahasa, serta tatanan yang berbeda. Misalnya dalam Syiwa Budha
dikenal Yang Maha Baik dan Pangkal Keselamatan, sementara dalam Islam kita
mengenal Allah al Jamal dan as Salam. Jika Syiwa dkenal sebagai pangkal
penciptaan yang dikenal dengan Brahmana
maka dalam Islam kita mengenal al Khaliq.        
Syiwa sebagai penguasa makhluk disebut Prajapati,
maka dalam Islam kita mengenal al Maliku al Mulki.
Jika Syiwa Maha Pemurah dan Pengasih disebut Sankara, maka dalam Islam kita
mengena ar-Rahman dan ar-Rahim.
063. Kehilangan
adalah kepedihan. Berbahagialah engkau, wahai musafir papa, yang tidak memiliki
apa-apa maka tidak akan pernah kehilangan apa-apa.
064. Jika engkau
kagum kepada seseorang yang engkau anggap Wali Allah, jangan engkau terpancang
pada kekaguman akan sosok dan perilaku yang diperbuatnya. Sebab saat seseorang
berada pada tahap kewalian, maka keberadaab dirinya sebagi manusia telah
lenyap, tenggelam ke
dalam          al Waly. 
065. Kewalian
bersifat terus menerus, hanya saja saat tenggelam dalam al Waly. Berlangsungnya Cuma beberapa saat. Dan
saat tenggelam ke dalam al Waly itulah
sang wali benar-benar menjadi pengejawantahan al
Waly. Lanaran itu sang wali memiliki kekeramatan yang tidak bisa
diukur dengan akal pikiran manusia, dimana karamah itu sediri pada hakekatnya
pengejawantahan al Waly. Dan lantaran
itu pila yang dinamakan karamah adalah sesuatu diluar kehendak sang wali
pribadi. Semua itu semata-mata kehendak-Nya mutlak.
066. Kekasih Allah
itu ibarat cahaya. Jika ia berada di kejahuan, kelihatan sekali terangnya.
Namun jika cahaya itu didekatkan ke mata, mata kita akan silau dan tidak bisa
melihatnya dengan jelas. Semakin dekat cahaya itu kemata maka kita akan semakin
buta tidak bisa melihatnya. 
067. Engkau bisa
melihat cahaya kewalian pada diri seseorang yang jauh darimu. Nemun engkau
tidak bisa melihat cahaya kewalian yang memancar dari diri orang-orang yang
terdekat denganmu.
068. Saya hanya
akan memberi sebuah petunjuk yang bisa digunakan untuk meniti jembatam
(shiratal mustaqim) ajaib ke arahnya. Saya katakan ajaib karena jembatan itu
bisa menjauhkan sekaligus mendekatkan jarak mereka yang meniti dengan tujuan
yang hendak dicapai.
069. Bagi kalangan
awan, istighfar lazimnya dipahami ebagai upaya memohon ampun kepada Allah
sehingga mereka memperoleh pengampunan. Tetapi bagi para salik, istighfar
adalah upaya pembebasan dari belenggu kekakuan kepada Allah sehingga memperoleh
ampun yang menyingkap tabir ghaib yang
menyelubungi manusia. Sesungguhnya di dalam asma
al Ghaffar terangkum makna Maha Pengampun dan juga Maha menutupi,
Maha Menyembunyikan dan Maha Menyelubungi.
070. Semua itu
terika itu benar, hanya nama dan caranya saja yang berbeda. Justru ”cara” itu
menjadi salah dan sesat ketika sang salik melihat menilai terlalu tinggi ”cara”
yang diikutinya sehinga menafikan ”cara” yang lain.
071. Semua
rintangan manusia itu berjumlah tujuh, karena kita adalah makhluk yang hidup di
atas permukaan bumi. Allah membentangkan tujuh lapis langit yang kokoh di atas
kita, sebagaimana bumipun berlapis tujuh, dan samuderapun berlapis tujuh.
Bahkan neraka berlapis tujuh. Tidakkah anda ketahui bahwa suragapun berjumlah
tujuh. Tidakkah Anda ketahui bahwa dalam beribadaaah kepada Allah manusia
diberi piranti tujuh ayat yang diulang-ulang dari Al-Quran untuk menghubungkang
dengan-Nya? Tidakkah Anda sadari bahwa saat Anda sujud anggota badan Anda yang
menjadi tumpuan?
072. Di dunia
manusia mati. Siang malam manusia berpikir dalam alam kematian, mengharap-harap
akan permulaan hidupnya. Hal ini mengherankan sekali. Tetapi sesungguhnya
manusia di dunia ini dalam alam kematian, sebab di dunia ini banyak neraka yang
dialami. Kesengsaraan, panas, dingin, kebingungan, kekacauan, dan kehidupan
manusia dalam alam yang nyata.
073. Dalam alam ini
manusia hidup mulia, mandiri diri pribadi, tiada diperlukan lantaran ayah dan
ibu. Ia beberbuat menurut keingginan sendiri tiada berasal dari angin, air
tanah, api, dan semua yang serba jasad. Ia tidak menginginkan atau
mengaharap-harapkan kerusakan apapun. Maka apa yang disebut Allah ialah barang
baru, direka-reka menurut pikiran dan perbuatan.
074. Orang-orang
muda dan bodoh banyak yang diikat oleh budi, cipta iblis laknat, kafir, syetan,
dan angan-angan yang muluk-muluk, yang menuntun mereka ke yang bukan-bukan.
Orang jatuh ke dalam neraka dunia karena ditarik oleh panca indera, menuruti
nafsu catur warna : hitam, merah, kuning, serta putih, dalam jumlah yang besar
sekali, yang masuk ke dalam jiwa raganya.
075. Saya
merindukan hidup saya dulu, tatkala saya masih suci tiada terbayangkang, tiada
kenal arah, tiada kenal tempat, tiada tahu hitam, merah, putih, hijau, biru dan
kuning. Kapankah saya kembali ke kehidupan saya yang dulu? Kelahiranku di dunia
alam kematian itu demikian susah payahnya karena saya memiliki hati sebagai
orang yang mengandung sifat baru.
076. Kelahiranku di
dunia kematian itu demikian susah payahnya karena saya memiliki hati sebagai
orang yang mengandung sifat baru.
077. Keinginan
baru, kodrat, irodat, samak, basar dan ngaliman )’aliman). Betul-betul terasa
amat berat di alam kematian ini. Panca pranawa kudus, yaitu lima penerangan
suci, semua sifat saya, baik yang dalam maupun yang luar, tidak ada yang saya
semuanya iti berwujud najis, kotor dan akan menjadi racun. Beraneka ragam
terdapat tersebut dalam alam kematian ini. Di dunia kematian, manusia terikat
oleh panca indera, menggunakan keinginan hidup, yang dua puluh sifatnya,
sehingga saya hampir tergila-gila dalam dan kematian ini.
078. Hidup itu
bersifat baru dan dilengkapi dengan panca indera. Panca indera ini merupakan
barang pinjaman, yang jika sudah diminta oleh yang mempunyai, akan menjadi
tanah dan membusuk, hancur lebur bersifat najis, oleh karena itu panca indera
tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup. Demikian pula budi, pikiran,
angan-angan dan kesadaran, berasal dari panca indera, tidak dapat dipakai
sebagai pandangan hidup. Akal dapat menjadi gila, sedih, bingung, lupa, tidur
dan sering kali tidak jujur. Akal itu pula yang siang malam mengajak kita
berbuat dengki, bahkan merusak kebahagian orang lain. Dengki juga akan
menimbulkal kejahatan, kesombongan yang pada akhirnya membawa manusia ke dalam
kenistaan dan menodai citranya. Kalau sudah samapai sedemikian parahnya
manuasia biasanya baru menyesali perbuatannya.
079. Apakah tidak
tahu bahwa penampilan bentuk daging, urat, sungsum, bisa merusak dan bagaimana
cara anda memperbaikinya. Biarpun bersembahyang seribu kali tiap harinya
akhirnya mati juga. Meskipun badan anda, anda tutupi akhirnya kena debu juga.
Tetapi jika penampilan bentuknya seperti Tuhan, apakah para wali dapat membawa
pulang dagingnya, saya rasa tidak dapat. Alam semesta ini adalah baru. Tuhan
tidak akan membentuk dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat tatanan
baru.
080. mayat-mayat
berkeliaran kemana-mana, ke Utara dan ke Timur, mencari makan dan sandang yang
bagus dan permata serta perhiasan yang berkilauan, tanpa mengetahui bahwa
mereka adalah mayat-mayat belaka. Yang naik kereta, dokar atau bendi itu juga
mayat, meskipun seringkali ia berwatak keji terhadap sesamanya.
081. Orang yang
dihadapi oleh hamba sahayanya, duduk di kursi, kaya raya, mempunyai tanah dan
rumah yang mewah, mereka sangat senang dan bangga. Apakah ia tidak tahu, bahwa
semua benda yang terdapat di dunia akan musnah menjadi tanah. Meskipun demikia
ia bersifat sombong lagi congkak. Oh, berbelas kasihan saya kepadanya. Ia tidak
tahu akan sifat-sifat dan citra dirinya sebagai mayat. Ia merasa dirinya yang
paling cukup pandai.
082. Di alam
kematian ada surga dan neraka, dijumpai untung serta sial. Keadaan di dunia
seperti ini menurut Syekh Siti Jenar, sesuai dengan dalil Samarakandi ”al mayit pikruhi fayajitu kabilahu” artinya
Sesungguhnya orang yang mati, menemukan jiwa raga dan memperoleh pahala surga
serta neraka.
083. ”Keadaan itulah
yang dialami manusia sekarang” demikian pendapat Syekh Siti Jenar, yang pada
akhirnya Siti Jenar siang malam berusaha untuk mensucikan budi serta menguasai
ilmu luhur dengan kemuliaan jiwa.
084. Di alam kematian terdapat surga dan neraka, yakni
bertemu dengan kebahagian dan kecelakaan, dipenuhi oleh hamparan keduniawian.
Ini cocok dengan dalil Samarakandi analmayit
pikutri, wayajidu katibahu. Sesungguhnya orang mati itu akan
mendapatkan raga bangkainya, terkena pahala
surga serta neraka.
085. Surga neraka
tidaklah kekal dan dapat lebur, ataupun letaknya hanya dalam rasa hati
masing-masing pribadi, senang puas itulah surga, adapun neraka ialah jengkel,
kecewa dalam hati. Bahwa surga neraka terdapat dia akhirat. Itulah hal yang
semata khayal tidak termakan akal.
086. Sesungguhnya,
meurut ajaran Islam pun, surga dan neraka itu tidak kekal. Yang menganggap
kekal surga neraka itu adalah kalangan awam. Sesungguhnya mereka berdua wajib
rusak dan binasa. Hanya Allah Dzat yang wajib abadi, kekal, langgeng, dan
azali.
087. Sesungguhnya,
tempat kebahagian dan kemulian yang disebut swarga
oleh orang-orang Hindu-Budha, di dalam Islam disebut dengan nama Jannah (taman), yang bermakna tempat sangat
menyenangkan yang di dalamnya hanya terdapat kebahagian dan kegembiraan. Hampir
mirip dengan swarga yang dikenal di dalam Syiwa-Budha, di dalam Islam dikenal
ada tujuh surga besar yang disebut ’alailliyyin,al-Firdaus,
al-Adn, an-Na’im, al-Khuld, al-Mawa, dan Darussalam. Di surga-surga
itulah amalan orang-orang yang baik ditempatkan sesuai amal ibadahnya selam
hidup di dunia.
088. Sementara itu,
tidak berbeda dengan ajaran Syiwa-Budha yang meyakini adanya Alam Bawah, yaitu
neraka yang bertingkat-tingkat dan jumlahnya sebanyak jenis siksaan, Islam pun
mengajarkan demikian. Jika dalam ajaran Syiwa-Budha dikenal ada tujuh neraka
besar yaitu, Sutala, Wtala, Talata, Mahatala,
Satala, Atala, dan Patala. Maka dalam Islam juga dikenal tingkatan
neraka yaitu, Jahannam, Huthama, Hawiyah, Saqar,
Jahim, dal Wail.
089. Sebetulnya
yang disebut awal dan akhir itu berda dalam cipta kita pribadi, seumpama jasad
di dalam kehidupan ini sebelum dilengkapi dengan perabot lengkap, seperti umur
60 tahun, disitu masih disebut sebagai awal, maka disebut masyriq (timur) yang maknanya mengangkat atau
awal penetapan manusia, serta genapnya hidup.
090. Yang saya
sebut Maghrib (Barat) itu penghabisan, maksudnya saat penghabisan mendekati
akhir, maksudnya setelah melali segala hidup di dunia. Maka, sejatinya awal itu
memulai, akhir mengakhiri. Jika memang bukan adanya zaman alam dunia atau zaman
akhirat, itu semua masih dalam keadaan hidup semua.
091. Untuk keadaan
kematian saya sebut akhirat, hanyalah bentuk dari bergantinya keadaan saja.
Adapun sesungguhnya mati itu juga kiamat. Kiamat itu perkumpulan, mati itu roh,
jadi semua roh itu kalau sudah menjadi satu hanya tinggal kesempurnaannya saja.
092. Moksanya roh
saya sebut mati, karena dari roh itu terwujud keberadaan Dzat semua, letaknya
kesempurnaan roh itu adalah musnahnya Dzat. Akan tetapi bagi penerapan ma’rifat
hanya yang waspada dan tepat yang bisa menerapkan aturannya. Disamping semua
itu, sesungguhnya semuanya juga hanya akan kembali kepada asalnya
masing-masing.
093. Ketahuilah,
bahwa surga dan neraka itu dua wujud, terjadinya dari keadaan, wujud makhluk
itu dari kejadian. Surga dan neraka sekarang sudah tampak, terbentuk oleh
kejadian yang nyata.
094. Saya berikan
kiasan sebagai tanda bukti adanya surga, sekarang ini sama sekali berdasarkan
wujud dan kejadian di dunia. Surga yang luhur itu terletak dalam perasaan hati
yang senang. Tidak kurang orang duduk dalam kereta yang bagus merasa sedih
bahkan menangis tersedu-sedu, sedang seorang pedagang keliling berjalan kaki sambil
memikul barang dangangannya menyanyi sepanjang jalan. Ia menyanyikan berbagai
macam lagu dengan suara yang terdengar mengalun merdu, sekalipun ia memikul,
menggendong, menjinjing atau menyunggi barang dagangannya pergi ke Semarang. Ia
itu menemukan surganya, karena merasa senang dan bahagia. Ia tidur di rumah
penginapan umum, berbantal kayu sebagai kalang kepala, dikerumuni serangga
penghisap darah, tetapi ia dapat tidur nyenyak.
095. Orang disurga
segala macam barang serba ada, kalau ingin bepergian serba enak, karena kereta
bendi tersedia untuk mondar-mandir kemana saja. Tetapi apabila nerakanya
datang, menangislah ia bersama istri atau suaminya dan anak-anaknya.
096. Manusia yang
sejati itu ialah yang mempunyai hak dan kekuasaan Tuhan yang Maha Kuasa, serta
mandiri diri pribadi. Sebagai hamba ia menjadi sukma, sedang Hyang Sukma
menjadi nyawa.  Hilangnya nyawa bersatu padu dengan hampa dan kehampaan
ini meliputi alam semesta.
097. Adanya Allah
karena dzikir, sebab dengan berdzikir orang menjadi tidak tahu akan adanya Dzat
dan sifat-sifatnya. Nama untuk menyebut Hyang Manon, yaitu Yang Maha Tahu,
menyatukan diri hingga lenyap dan terasa dalam pribadi. Ya dia ya saya. Maka
dalam hati timbul gagagasan, bahwa ia yang berdzikir menjadi Dzat yang mulia. Dalam
alam kelanggengan yang masih di dunia ini, dimanapun sama saja, hanya manusia
yang ada. Allah yang dirasakan adanya waktu orang berdzikir, tidak ada, jadi
gagasan yang palsu, sebab pada hakikatnya adanya Allah yang demikian itu hanya
karena nama saja.
098. Manusia yang
melebihi sesamanya, memiliki dua puluh sifat, sehingga dalam hal ini antara
agama Hindu-Budha Jawa dan Islam sudah campur. Di samping itu roh dan nama
sudah bersatu. Jadi tiada kesukaran lagi mengerti akan hal ini dan semua sangat
mudah dipahami.
099. Manusia hidup
dalam alam dunia ini hanya mengadapai dua masalah yang saling berpasangan,
yaitu baik buruk berpasangan dengan kamu, hidup berjodoh dengan mati, Tuhan
berhadapan dengan hambanya.
100. Orang hidup
tiada mersakan ajal, orang berbuat baik tiada merasakan berbuat buruk dan jiwa
luhur tiada bertempat tinggal. Demikianlah pengetahuan yang bijaksana, yang
meliputi cakrawala kehidupan, yang tiada berusaha mencari kemuliaan kematian,
hidup terserah kehendak masing-masing.
101. Keadaan hidup
itu berupa bumi, angkasa, samudra dan gunung seisinya, semua yang tumbuh di
dunia, udara dan angin yang tersebar di mana-mana, matahari dan bulan menyusup
di langit dan keberadaan manusia sebagai yang terutama.
102. Allah bukan
johor manik, yaitu ratna mutu manikam, bukan jenazah dan rahasia yang gaib.
Syahadat itu kepalsuan.
103. akhirat di
dunia ini tempatnya. Hidup dan matipun hanya didunia ini.
104. Bayi itu
berasal dari desakan. Setelah menjadi tua menuruti kawan. Karena terbiasa waktu
kanak-kanak berkumpul dengan anak, setelah tua berkumpul dengan orang tua.
Berbincang-bincanglah mereka tentang nama sunyi hampa, saling bohong
membohongi, meskipun sifat-sifat dan wujud mereka tidak diketahui. 
105. Takdir itu
tiada kenal mundur, sebab semuanya itu ada dalam kekuasaan Yang Murba Wasesa
yang menguasai segala kejadian.
106. Orang mati
tidak akan merasakan sakit, yang merasakan sakit itu hidup yang masih mandiri
dalam raga. Apabila jiwa saya telah melakukan tugasnya, maka dia akan kembali
ke alam aning anung, alam yang tentram bahagia, aman damai dan abadi. Oleh
karena itu saya tidak takut akan bahaya apapun.
107. Menurut
pendapat saya. Yang disebut ilmu itu ialah segala sesuatu yang tidak kelihatan
oleh mata.
108. Mana ada Hyang
Maha Suci? Baik di dunia maupun di akhirat sunyi. Yang ada
saya pribadi. Sesungguhnya besok saya hidup seorang diri tanpa kawan yang
menemani. Disitulah Dzatullah mesra bersatu menjadi saya.
109. Karena saya di dunia ini  mati, luar dlam
saya sekarang ini, yang di dalam hidupku besok, yang di luar kematianku
sekarang.
110. Orang yang ingin pulang ke alam kehidupan tidak
sukar, lebih-lebih bagi murid Siti Jenar, sebab ia sudah paham dengan mengusai
sebelumnya. Di sini dia tahu rasanya di sana, di sana dia tahu
rasanya di sini.
111. Tiada bimbang
akan manunggalnya sukma, sukma dalam kehingan, tersimpan dati sanubari,
terbukalah tirai, tak lain antara sadar dan tidur, ibarat kaluar dari mimpi,
menyusupi rasa jati.
112. Manusia tidak
boleh memiliki daya atau keinginan yang buruk dan jelek.
113. Manusia tidak
boleh berbohong.
114.
Manusia tidak boleh mengeluarkan suara yang jorok, buruk, saru, tidak enak
didengar, dan menyakiti orang lain.
115. Manusia tidak
boleh memakan daging (hewan darat, udara ataupun air).
116. Manusia tidak
boleh memakan nasi kecuali yang terbuat dari bahan jagung.
117. Manusia tidak boleh
mengkhianati terhadap sesama manusia.
118. manusia tidak
boleh meminum air yang tidak mengalir.
119. Manusia tidak
boleh membuat dengki dan iri hari.
120. Manusia tidak
boleh membuat fitnah.
121. Manusia tidak
boleh membunuh seluruh isi jagad.
122. manusia tidak
boleh memakan ikan atau daging dari hewan yang rusuh, tidak patut, tidak
bersisik, atau tidak berbulu.
123. Bila jiwa
badan lenyap, orang menemukan kehidupan dalam sukma yang sungguh nyata dan
tanpa bandingan. Ia dapat diumpamakan dengan isinya buah kamumu. Pramana
menampilkannya manunggal dengan asalnya dan dilahirkan olehnya.
124. tetapi yang
kau lihat, yang nampaknya sebagai sebuah boneka penuh mutiara bercahaya indah,
yang memancarkan sinar-sinar bernyala-nyala, itu dinamakan pramana. Pramana itu
kehidupan badan. Ia manunggal dengan badan, tetapi tidak ambail bagian dalam
suka dan dukanya. Ia berada di dalam badan.
125. Tanpa turut
tidur dan makan tanpa menderita kesakitan atau kelaparan. Bila ia terpisah dari
badan, maka badan ikut tertinggal tanpa daya, lemah. Pramana itulah yang mampu
mengemban rasa, karena ia dihidupi oleh sukma. Kepadanya diberi anugrah
mengemban kehidupan yang dipandang sebagai rahasia rasa nya Dzat.
126. Penggosokan
terjadi karena digerakkan oleh agin. Dari kayu yang menjadi panas muncullah
asap, kemudian api. Api maupun asap keluar dari kayu. Perhatikanlah saat
permulaan segala sesuatu, segala yang dapat diraba dengan panca indera, keluar
dari yang tidak kelihatan tersembunya…..
127. Ada orang yang
menyepi dipantai. Mereka melakukan konsentrasi di tepi laut. Buka dua hal yang
mereka pikirkan. Hanya Pencipta semesta alam yang menjdai pusat perhatiannya.
Karena kecewa belum dapat berjumpa dengan-Nya, maka mereka lupa makan dan
tidur.
128. Badan jasmani
disebut cermin lahir, karena merupakan cermin jauh dari apa yang dicari dalam mencerminkan wajah dia yan ber-paes.
Cermin batin jauh lebih dekat.
129. Siang malam
terus menerus mereka lakukan shalat. Dengan tiada hentinya terdengarlah pujian
dan dzikir mereka. Dan kadang mereka mencari tempat lain dan melakukan
konsentrasi di kesunyian hutan. Luar biasalah usaha mereka, hanya
Penciptalahyang menjadi pusat pandangannya.
130. Badan cacat
kita cela, keutamaan kerendahan hati
kita puji, tetapi keadaan kita ialah digerakkan dan didorong olek sukma. Tetapi
sukma  tidak tampak, yang nampak hanya adan.
131. Cermin batin
itu bukanlah cermin yang dipakai orang-orang biasa. Cermin ini sangat istemewa,
karena mendekati kenyataan. Bila kau mengetahui badan yang sejati itulah yang
dinamakan kematian terpilih.
132. Bila engkau
melihat badanmu, Aku turut dilihat … Bila kau tidak memandang dirimu begitu,
kau sungguh tersesat. 
133. Sukma tidak
jauh dari pribadi. Ia tinggal di tempat itu jua. Ia jauh kalau dipandang jauh,
tetapi dekat kalau dianggap dekat. Ia tidak kelihatan, karean antara Dia dan
manusia terdapat kekuadaan-Nya yang meresapi segala-galanya.
134. Hyang Sukma
Purba menyembunyikan Diri terhadap peglihatan, sehingga ia lenyap sama sekali
dan tak dapat dilihat. Kontemplasi terhadap Dia yang benar lenyap dan berhenti.
Jalan untuk menemukan-Nya dilacak kembali dari puncak gunung.
135. Tetapi Hyang
Sukma sendiri tidak dapat dilihat. Cepat orang turun dari gunung dan dengan
seksama orang melihat ke kiri ke kanan. Namun Dia tidak ditemukan, hati orang
itu berlalu penuh duka cita dan kerinduan.
136. Hendaklah
waspada terhadap penghayatan roroning atunggil
agar tiada ragu terhadap bersatunya sukma, pengahayatan ini terbuka di dalam
penyepian, tersimpan di dalam kalbu. Adapun proses terungkapnya tabir penutup alam gaib, laksana terlintasnya
dlam kantuk bagi orang yang sedang mengantuk. Penghayatan gaib itu datang
laksana lintasan mimpi. Sesungguhnya orang yang telah menghayati semacam itu
berarti telah menerima anugrah Tuhan. Kembali ke alam sunyi. Tiada menghiraukan
kesenangan duniawi. Yang Maha Kuasa telah mencakup pada dirinya. Dia telah
kembali ke asal mulanya…..
137. Mati raga orang-orang
ulama yang mengundurkan diri di dalam kesunyian hutan ialah hanya memperhatikan
yang satu itu tanpa membiarkan pandangan mereka menyinpang. Mereka tidak
menghiraukan kesukaran tempat tinggal mereka hanya Dialah yang melindungi badan
hidup mereka yang diperlihatkan. Tak ada sesuatu yang lain yang mereka pandang,
hanya Sang Penciptalah yang mereka perhatikan.
138.   
Yang menciptakan mengemudi dunia adalah tanpa rupa atau suara. Kalbu manusia
yang dipandang sebagai wisma-Nya. Carilah Dia dengan sungguh-sungguh, jangan
sampai pandanganmu terbelah menjadi dua. Peliharalah baik-baik iman
kepercayaanmu dan tolaklah hawa nafsumu.
139. Bila kau masih
menyembah dan memuji Tuhan dengan cara biasa, kau baru memiliki pengetahuan
yang kurang sempurna. Jangan terseyum seolah-olah kau sudah mengerti, bila kau
belum mengetahui ilmu sejati. Itu semua hanya berupa tutur kata. Adapun
kebenaran sejati ialah meninggalkan sembah dan pujian yang diungkapkan dengan
kata-kata.
140. Sembah dan
puji sempurna ialah tidak memandang lagi adanya Tuhan, serta mengenai adanya
sendiri tidak lagi dipandang. Papan tulis dan tulisan sudah lebur, kualitas tak
ada lagi. Adamu tak dapat diubah. Lalu apa yang masih mau dipandang. Tiadak ada
lagi sesuatu. Maklumilah.
 
No comments:
Post a Comment