Sejak manusia hidup secara
sederhana, belum mengenakan pakaian dan tempat tinggalnya berpindah-pindah.
Mereka mempunyai keyakinan bahwa ada kekuatan besar di luar kekuatan
manusia.kekuatan besar diluar dirinya itu itu yang menguasai segalanya. Kalau
dapat membujuk dan menyanjungnya, meraka yakin kekuatan besar itu akan baik
pula. Mulailah manusia memuja dan meyembah segala sesuatu yang berbentuk besar
dan dhsyat seperti kayu, batu, air terjun, lubuk, bulan, matahari, juga hewan,
gunung, sungai dan samudra.
Kepercayaan meyembah kekuatan
yang dahsyat itu dinamakan dinamisme, kemudian lebih maju lagi kepercayaan
menyembah roh penguasa disebut Animisme, atau roh nenek moyang mereka atau
leluhur.
Kepercayaan Dinamisme dan
Animisme itu terus berkembang hingga masuknya agama Hindu, Budha, Islam maupun
Nasrani, tetapi budaya menyembah kekuatan Alam dan Roh leluhur itu masih
membekas.
Bahwa ternyata manusia itu
merupakan perwujudan kecil dari duania. Miniatur Alam Semesta adalah
manusiaini, karena sesungguhnya dalam diri manusia itu terdapat apa yang juga
terdapat di dunia ini, ada gunung, pohon besar, sungai dan samudra. Maka
disebutlah Bawana Alit, sedangkan alam semesta disebut Bawana Ageng.
Bawana Alit selalu berhubungan
dengan Bawana Ageng, kalau terputus hubungannya maka mati maka hubugan itu
diwujudkan dalam pernapasan, Bawana Alit membutuhkan hawa untuk menghidupkan
nyawa sebab nyawa tanpa hawa akan mati. 
Pupuh Gambuh
Jembaring samudragung,
Tanpa tepi anglangut kadalu,
Suprandene makasih gung manungsa iki,
Alas jurang kali gunung,
Neng raganira wus katon.
Tanpa tepi anglangut kadalu,
Suprandene makasih gung manungsa iki,
Alas jurang kali gunung,
Neng raganira wus katon.
Artinya :
Luasnya samudra raya,
Tiada bertepi dan sejauh mata memandang,
Tetapi masih besar adanya manusia ini,
Hutan jurang sungai gunung,
Di dalam diri manusia.
Tiada bertepi dan sejauh mata memandang,
Tetapi masih besar adanya manusia ini,
Hutan jurang sungai gunung,
Di dalam diri manusia.
(Dipetik dari Serat Cipto
Waskitho)
Mengapa manusia digambarkan lebih
besar dari jagad raya ini? Karena apa yang terlihat besar dan menakutkan itu
sebenarnya dapat masuk kedalam diri manusia. Sehingga Pakubuwono IV menegaskan
dalam baris tembang berikut ini :
Tana prabedanipun,
Jagad katon lan jagadireku,
Jagad katon lan jagadireku,
Artinya :
Tiada berbeda,
Dunia yang terlihat dan dunia dalam dirimu,
Dunia yang terlihat dan dunia dalam dirimu,
(Dipetik dari Serat Cipto
Waskitho)
pada bagian yang disekarkan
(disyairkan) Gambuh, artinya dijumbuhkan atau dirujukan dalam tembang itu
tentang dunia nyata dan dunia batin, sebagai suatu upaya untuk mendekatkan
manusia kepada kenyataan untuk berpikir tentang hidup dan rasa yang paling
dalam.
Dengan membuat rujukan-rujukan
itu, agar manusia faham benar akan dirinya. Faham akan makna hidupnya, agar
tidak menyia-nyiakan hidupnya untuk perbuatan yang bukan-bukan, jangan sampai
membuat kesalahan dan menghancurkan lingkungan. Karena apa yang terlihat secara
nyata sebagai lingkungan hidup terlihat pula dalam batiniah pada dirinya
sendiri. Rusaknya lingkungan hidup maka rusak pula dalam dirinya sendiri.
jagad cilik lan agung,
Jagad cilik jenenge manungsa iki,
Iya batinira iku,
Yen jagad gedhe Hyang Manon,
Jagad cilik jenenge manungsa iki,
Iya batinira iku,
Yen jagad gedhe Hyang Manon,
Artinya :
Bila kau belum mengetahui,
Arti bawana alit Pupuh Gambuh
Arti bawana alit Pupuh Gambuh
Yen sira durung surup,
Tegese dan bawana ageng
Bawana alit namanya manusia ini,
Adalah batinmu,
Dan bawana ageng adalah Hyang Manon.
Tegese dan bawana ageng
Bawana alit namanya manusia ini,
Adalah batinmu,
Dan bawana ageng adalah Hyang Manon.
(Dipetik dari Serat Cipto
Waskitho)
dalam baris tembang yang berbentuk
Gambuh ini terlihat jelas dan lebih tegas diutarakan tentang arti bawana alit
dan ageng, maka jelas pula langkah-langkah yang harus kita bawa untuk
menelusuri samudra kehidupan ini. Apa yang harus kita lakukan untuk mencapai
”Cipta Waskita” yang artinya kewaspadaan batin yang dapat mengetahui apapun
yang bakal terjadi. Mengetahui benar dan salah, kharam dan batal serta
mengetahui arti hukum dalam kehidupan dan sebagainya.
Setelah kita siap mendalami ilmu
mystik terapan maka kesadaran pribadi telah tergugah, sampai memahami arti
bawana alit dan bawana agung, maka terasalah sesuatu yang bergejolak dalam
batin kita. Suatu keharusan yang mendalam di dalam hati, hingga tergerakkan
getaran-getaran rasa dari segala penjuru yang menggetarkan iman kita, tiada
rasa maka berlinanglah air mata haru. Tergambarkan semua perbuatan yang pernah
di lakukan, semua kejahatan dan nista yang diperbuat. ”Mengapa dahulu aku tidak
mengetahuimya, kalu kebaikan ada dalam diriku sendiri?” begitulah batin kita
akan bertanya.
Semua itu karena ulah si tukang
mengadu domba yang menghalang-halangi semuanya itu. Maka setelah semuanya telah
disingkirkan, terlihatlah semuanya dengan jelas. Itulah yang dinamakan ”kalau
Hyang Manon telah membukanya, semua akan menjadi jelas”. Becik ketitik ala
ketoro artinya yang baik akan terlihat adapun yang jelek akan terbukti.
 
No comments:
Post a Comment